About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Sabtu, Maret 19, 2016

PSIKOTERAPI - Terapi Humanistik Eksistensial

Psikologi humanistik (Humanistic Psychology) dibuat oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori (psikoanalisis dan behaviorisme) yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Tokoh-tokoh dalam eksistensial-humanistik yaitu Abraham Maslow, Carl H. Rogers, Holo May, Bagental, Yourard dan Arbuckle. 

A.          Pengertian Terapi Humanistik Eksistensial
Terapi Humanistik Eksistensial juga merupakan terapi yang memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Terapi ini juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa-masa sekarang bukan pada masa lampau. Tetapi, ada juga kesamaan antara terapi humanistik eksistensial dengan terapi psikodinamik yakni kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien.

B.          Tujuan Eksistensial Humanistik
Tujuan mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan dalam hidup manusia sendiri. Juga diarahkan untuk membantu klien agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yang bermakna. Pada dasarnya terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya

C.          Ciri-ciri Eksistensial Humanistik
1.  Eksistensialisme bukanlah suatu aliran melainkan suatu gerakan yang memusatkan penyelidikannya manusia sebagai pribadi individual dan sebagai ada dalam dunia (tanda sambung menunjukkan ketakterpisahan antara manusia dan dunia).
2.      Adanya dalil-dalil yang melandasi yaitu:
a)   Setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan mengevaluasi dunia, dan dalam bereaksi terhadap dunia.
b)  Manusia sebagai pribadi tidak bisa dimengerti ddalam kerangka fungsi-fungsi atau unsur-unsur yang membentuknya.
c) Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi, belajar, dorongan- dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku emosional.
3.      Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang komperehensif tentang manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas eksistensialnya, misalnya pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasana-suasana perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi individual yang berkaitan dengan keberadaan individualnya dalam dunia dan diantara sesamanya.
4.      Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung jawab, skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputusasaan, kecemasan dan kematian.

D.          Terapi Eksistensial-Humanistik
1.         Konsep Terapi
Pendekatan eksistensial-humanistik menekankan pada renungan-renungan filosofis  tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh.
2.         Fungsi dan Peran Terapis
Terapis di dalam terapi humanistik eksistensial memiliki tugas yang paling utama, yaitu berusaha agar dapat mengerti pasien sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia. Dimana tekhnik yang digunakan selalu mendahului suatu pengertian yang mendalam terhadap pasiennya.
3.         Proses dan Teknik Terapi Humanistik
Proses konseling eksistensial humanistik menggambarkan suatu bentuk aliansi terapeutik antara konselor dengan konseli. Konselor eksistensial mendorong kebebasan dan tanggung jawab, mendorong klien untuk menangani kecemasan, keputusasaan, dan mendorong munculnya upaya-upaya untuk membuat pilihan yang bermakna. Untuk dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran konseli tentang isu-isu kematian, isolasi, putus asa dan rasa bersalah, konselor perlu melibatkan dirinya dlam kehidupan konseli. Untuk mencapai kondisi seperti itu, konselor harus mengkomunikasikan empati, respek, atau penghargaan, dukungan, dorongan, keterbukaan, dan kepedulian yang tulus. Sepanjang proses konseling, konselor harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh sehingga mereka dapat memahami pandangan-pandangan konseli kemudian kemudian membantunya mengekspresikan ketakutan-ketakutannya dan mengambil tanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.

Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).

v  Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap yaitu:
a)      Tahap pertama, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
b)   Pada tahap kedua, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
c)      Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya


Sumber :
·           Amalia, Riza (2012) TERAPI EKSISTENSIAL HUMANISTIK DALAM MENGATASI SISWA PUTUS ASA: STUDI KASUS SISWA X DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SIDOARJO. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
·           Drs. Yustinus semiun. OFM. Kesehatan Mental. Penerbit: Kanisius.

(https://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&dq=terapi+humanistik+eksistensial&hl=id&source=gbs_navlinks_s)


Nama  : Nurul Syifana
NPM    : 16513741
Kelas  : 3PA05

0 komentar:

Posting Komentar