About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Jumat, Oktober 07, 2016

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

PENGERTIAN SISTEM


Jerry FutzGerald (1981: 5)
Sistem  adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Indrajit (2001: 2)
Sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Davis, G. B (1991: 45)
Sistem secara fisik adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperasi bersama-sama untuk menyelesaikan suatu alasan.
Jogianto (2005: 2)
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran yang tertentu.

PENGERTIAN INFORMASI


Gordon B. Davis
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Azhar Susanto
Informasi merupakan hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat tertentu.
Kusrini & Andri (2007)
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi.
Robert N. Anthony dan John Dearden
Informasi sebagai suatu kenyataan, data, item yang menambah pengetahuan bagi penerima atau penggunanya.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk yang berguna dan memberikan arti serta manfaat bagi penerimanya.

PENGERTIAN PSIKOLOGI

Psikologi berasal dari kata psyche artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejiwaan atau ilmu jiwa.

Gardner Murphy (1929)
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Clifford T. Morgan (1966)
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan binatang, serta penerapannya pada permasalahan manusia.
Wund
Psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa psikologi juga mempelajari tentang kesadaran manusia dalam berbagai hal.
Sarwono
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.

PENGERTIAN SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

Chr. Jimmy L. Gaol (2008)
Sistem informasi psikologi bertujuan untuk mendapatkan pamahaman bagaimana manusia membuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.

KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah seperangkat sistem yang membentuk suatu kumpulan dari berbagai prosedur psikologi dan bertujuan menghasilkan atau memperoleh informasi-informasi psikologi dan dapat bermanfaat bagi penggunanya.
Contoh: Perusahaan sekarang ini banyak menggunakan software tentang alat tes agar waktu yang digunakan dalam menyeleksi calon karyawan baru lebih cepat dan efisien, serta tidak membuang tenaga para penyeleksinya juga. Seperti papikostik, hal ini merupakan suatu kerjasama antara bidang psikologi dengan ilmu komputer yang memberikan manfaat bagi kualitas tes psikologi tersebut.

Daftar Pustaka:
  • Djahir, Y., & Pratita, D. (2014). Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Deepublish
  • Hutahaenan, J. (2014). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish.
  • Kusrini, S., & Koniyo, A. (2007). Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi. Yogyakarta: C. V. Andi Offset.
  • Sarwono, S. W. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
  • http://biandafedia.blogspot.co.id

Selasa, Juni 28, 2016

PSIKOTERAPI - Terapi Keluarga (Family Therapy)

TERAPI KELUARGA (FAMILY THERAPY)
Menurut Kartini Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi, family therapy (terapi keluarga) adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan. Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga berfokus pada cara suatu sistem keluarga yang mengorganisasi patologis terstruktur yang dipandang sesuatu yang salah.

A.    Tujuan Family Therapy
Secara umum, tujuan family therapy adalah :
1.    Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2.      Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3.      Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4.   Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
Secara khusus, family therapy bertujuan untuk :
1.  Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
2.   Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
3.  Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
4.      Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga (Perez, 1979).

B.     Peran Intervensi pada Terapi Keluarga
1.     Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
2.     Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan 
3.  Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
4.     Pemberi tantangan
5.   Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.


C.    Teknik Terapi Keluarga
Berikut ini beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis keluarga meliputi:
1.   Pemeragaan: Memperagakan ketika masalah itu muncul. Misalnya ayah dan anaknya sehingga mereka saling diam bertengkar, maka terapis membujuk mereka untuk berbicara setelah itu terapis memberikan saran-sarannya dan bisa disebut dengan psikodrama. Dan komunikasi dalam keluarga paling penting.
2.         Homework: Mengumpulkan seluruh anggota keluarga agar saling berkomunikasi diantaranya.
3.      Family Sculpting: Cara untuk mendekatkan diri dengan anggota keluarga yang lain dengan cara nonverbal.
4.      Genograms: Sebuah cara yang bermanfaat untuk mengumpulkan dan mengorganisasi informasi tentang keluarga genogram adalah Sebuah diagram terstruktur dari sistem hubungan tiga generasi keluarga. Diagram ini sebagai roadmap dari sistem hubungan keluarga. Hal ini berarti memahami masalah dalam bentuk grafik.

D.    Proses Terapi Keluarga
1.      Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
2.    Penilaian Problem/masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
3.     Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4.     Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.


Daftar Pustaka
Hasnida. (2002). Family Counseling/Therapy. Universitas Sumatera Utara.

Nurul Syifana
16513741
3PA05

PSIKOTERAPI - Terapi Kelompok

TERAPI KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009). Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008).

A.    Manfaat Terapi kelompok
1.      Umum
a)      Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b)      Membentuk sosialisasi
c)      Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
d)      Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
2.      Khusus
a)      Meningkatkan identitas diri.
b)      Menyalurkan emosi secara konstruktif.
c)      Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
d)  Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya. (Yosep, 2007)

B.     Tahapan Terapi Kelompok
1.      Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti Terapi Kelompok adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
2.      Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
a)      Tahap orientasi : Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
b)  Tahap konflik : Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
c)      Tahap kohesif : Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).
3.      Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
4.      Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).

Daftar Pustaka

Sihotang, L. D. (2010). : Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Medan. Skripsi: Universitas Sumatera Utara

Sabtu, April 02, 2016

PSIKOTERAPI - Logotherapy



Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi kelas menengah yang menempuh asimilasi dengan kehidupan masyarakat Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yudaisme berpengaruh kuat atas diri Frankl. Pengaruh ini ditunjukkan antara lain oleh minat Frankl yang besar pada persoalan spiritual, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International University. Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi (Frankl, 1988: 7).


A.   Gambaran Umum Logoterapi
Kata logoterapi berasal dari dua kata, yaitu “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris “theraphy” yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi kata “logoterapi” artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup. Logoterapi bertugas membantu pasien menemukan makna hidup.
Logoterapi memusatkan perhatian pada kualitas-kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani, kreativitas, rasa humor dan memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam terapi dan pengembangan kesehatan mental. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut.

B.    Landasan Filosofis Logoterapi Logoterapi
Logoterapi memiliki tiga konsep yang menjadi landasan filosofisnya, yaitu:
1.      Kebebasan berkeinginan (Freedom of will)
Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri tegak apapun kondisi yang dialami manusia. Disini manusia bebas menentukan sikapnya menghadapi keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana diluar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas bukan hanya untuk menghadapi dunia tetapi juga menghadapi diri sendiri.
2.      Keinginan akan makna (Will-to-meaning)
Yaitu suatu kemampuan untuk menemukan arti hidupnya. Will-to-meaning ini suatu dorongan kemauan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya.
3.      Makna hidup (The meaning of life)
Arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksud disini adalah arti hidup yang bukan dipertanyakan tetapi untuk direspon karena kita semua bertanggung jawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan bukan dalam bentuk kata-kata tetapi dalam bentuk tindakan dan melakukannya.

C.   Teknik-Teknik Logoterapi
1.      Paradoxical intention
Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk ‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya.
2.      Derefleksi
Teknik logoterapi lain adalah “de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat. Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien.
3.      Bimbingan ruhani (Medical ministry)
Bimbingan rohani kiranya bisa dilihat sebagi ciri paling menonjol dari Logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab, bimbingan ruhani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran penemuan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya dan tidak mampu lagi untuk berbuat selain menghadapi penderitaan itu (Koswara, 1992: 127).
4.      Existential analysis
Pada prinsipnya, pendekatan logoterapi membantu penderita neurosis noogenik dan mereka yang mengalami kehampaan hidup dan frustasi eksistensial serta keluhan-keluhan tanpa makna lainnya. Tujuannya agar para penderita itu dapat menemukan sendiri makna hidupnya dan mampu menetapkan tujuan-tujuan hidupnya secara lebih jelas. Di samping itu, logoterapi juga lebih menyadarkan mereka terhadap tanggung jawab pribadi, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri dan hati nurani, keluarga dan masyarakat.

D.   Tahapan Konseling Logoterapi
Ada empat tahap utama didalam proses konseling logterapi diantaranya adalah:
1.      Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi konseli.
2.      Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. Pada tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli. Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membeiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
3.      Pada tahap pembahasan bersama, konselor dan konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
4.      Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom. 

SUMBER: 

  • Bakhtiyar Zain (2005). Pemikiran Viktor E. Frankl Tentang Logoterapi Dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental (Analisis Bimbingan Konseling Islam). Undergraduate Theses from JTPTIAIN
  • Naisaban, Nadidlaus. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya. Jakarta: Grasindo 
    http://dnf10.blogspot.co.id/2014/05/logoterapi-dan-contoh-kasus-logoterapi.html

    Nama : Nurul Syifana
    NPM : 16513741