About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Sabtu, Maret 28, 2015

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental dan Konsep Sehat


I.            Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Periode pra-ilmiah, terhitung sejak zaman dahulu kala masalah gangguan mental muncul didalam konsep primitif animeisme. Animeisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu didunia ini adalah pemberian dari roh halus dan dewa-dewa leluhur, roh halus dan dewa-dewa leluhur itu juga yang menguasai bumi ini. Contohnya orang primitif menggangap panen yang melimpah adalah buah hasil roh dan dewa leluhur yang senang kepadanya. Sedangkan gangguan mental terjadi karena roh dan dewa leluhur marah. Untuk mencegah kemarahan itu terjadi, orang primitif sengaja membuat sesajen kesukaan roh dan leluhur tersebut. Tidak hanya sesajen mereka juga tak segan untuk memberikan korban.
Pada zaman Hipocrates (460-467) terjadi perubahan sikap terhadap tradisi animeisme. Beliau beserta pengikutnya mengembangkan padangan yang lebih revolusioner dalam pengobatan. Pendekatan yang mereka pakai adalah pendekatan naturalisme. Naturalisme adalah aliran yang menganggap gangguan mental dan fisik sebagai pengaruh dari alam. Hipocrates dan para pengikutnya sama sekali tidak percaya dengan adanya roh dan dewa leluhur. Bagi mereka roh dan dewa leluhur yang telah meninggal tidak mungkin ada dibumi lagi.


Philipe Pinel (1745-1826) seorang dokter dari perancis, berpendapat gangguan mental dapat dipecahkan oleh filsafat politik dan sosial. Beliau juga dikenal sebagai penggagas Rumah Sakit Jiwa. Para pasien yang terjangkiti gangguan mental yang biasanya sering melukai orang lain bahkan menyakiti diri mereka sendiri, dikurung didalam rumah sakit jiwa lalu diikat ditempat tidur lama kelamaan akan tenang. Mereka berhasil membuat dirinya untuk tidak melukai dirinya sendiri ataupun diri orang lain. Dan mereka juga sudah bisa untuk dilepas dan dibiarkan untuk bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Periode ilmiah atau yang familiar kita kenal dengan era modern. Disini terjadi perubahan sikap dan sudut pandang dari animeisme (irrasional) kedalam sikap dan sudut pandang yang rasional (ilmiah). periode ini juga dikenal dengan dengan awal mulanya berkembang psikologi abnormal dan psikiatri di negara Amerika Serikat pada tahun 1783. Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini besar pengaruhnya pada kelahiran kesehatan mental. Kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran, dan inpirasi para ahli (Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers). Keduanya banyak sekali mendedikasikan dirinya kepada pencegahan gangguan mental.
Pada tahun 1909 gerakan kesehatan mental secara formal lahir. Dalam dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental didirikan. Pertama lahirlah ASHA (American Social Hygiene Association) dan American Federation for Sex Hygiene. Kelahiran organisasi ini adalah jasa dari Clifford Whittingham Beers (1876-1943), beliau dinobatkan sebagai “the founder of mental hygiene movement”. Karena pengalamannya yang cukup luas dalam pencegahan dan pengobatan ganguan mental dengan carayang manusiawi.
Pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan National Committe Siciety For Mental Hygiene yang salah satu tujuan organisasi ini adalah melindungi esehatan mental masyarakat. Dan tepatnya pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental bertambah dengan berdirinya National Assosiation For Mental Health. Dengan lahirnya organisasi ini diharapkan seluruh belahan dunia manapun dapat mencegah serta mengobati berbagai macam gangguan-gangguan mental.

II.          Konsep sehat
Menurut UU pokok kesehatan, pengertian sehat adalah keadaan yang meliputi sehat badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, seta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Sehat sendiri sejatinya merupakan kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Esa yang tak ternilai harganya. Tapi sering kali menyepelekan nikmat Tuhan yang satu ini. Banyak orang yang menganggap sakit itu hanya fisik atau jasmaninya saja, tetapi lupa bahwa sakit itu bukan hanya fisik atau jasamaninya saja melainkan juga mental atau rohaniyah.
Berikut ada beberapa dimensi sehat, diantaranya :


1.            Dimensi Fisik
Sehat secara fisik yaitu bahwa seseorang secara klinis tidak ada penyakit atau semua organ tubuh normal, tidak ada gangguan apapun didalam fungsi tubuhnya dengan kata lain seseorang tersebut tidak merasakan sakit ataupun mengeluh sakit.
2.            Dimensi Emosi
Sehat secara dimensi emosi adalah orang yang dapat menstabilkan dan dapat mengontrol bahkan mengekspresikan perasaanya, seperti marah, sedih, kesal maupun senang agar tidak berlebihan.
3.            Dimensi Intelektual
Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas atau dengan kata lain adalah seseorang yang mampu memecahkan atau menyelesaikan masalah dengan pikiran yang tenang.
4.            Dimensi Sosial
Sehat yang dimana orang tersebut memiliki jiwa sosial yang baik. Dapat tampak baik apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
5.            Dimensi Spiritual
Orang-orang yang sehat secara spiritual adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada agama kepercayaannya masing-masing, dan kondisi jiwa dan id mereka secara rohani di anggap sehat karena mereka mempunyai pikiran yang jernih dan tidak melakukan hal-hal dalam luar batas dan juga berpikir secara rasional.
 Spiritual sehat juga terlihat dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

III.       Contoh Kasus
Salah satu contoh masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak-anak maupun remaja di era modern saat ini adalah kecanduan penggunaan ponsel, facebook atau situs jejaring sosial lainnya.
Hal ini merupakan sebuah laporan baru yang menyebutkan bahwa kecanduan jejaring sosial juga bisa membahayakan kesehatan mereka karena memicu seseorang untuk mengisolasi diri. Selain itu dengan sering menggunakan jejaring sosial dapat mengurangi waktu untuk berkomunikasi baik dengan keluarga maupun teman di sekitar karena lebih memilih untuk menatap layar dan tidak ingin terpisah terlalu lama. Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, maka akan mengalami cidera tekanan berulang-ulang. Penyakit punggung merupakan hal umum yang terjadi pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan komputer.
Hal ini dapat disimpulkan, jika seseorang memiliki kecanduan terhadap ponsel, facebook dsbnya bisa menyebabkan ketidaksehatan secara mental, fisik, sosial bahkan spiritual sekalipun jika mereka sudah lupa waktu sehingga mereka tidak menjalankan ibadah mereka sesuai dengan agamanya.


IV.        REFERENSI
·         Rochman, Kholil Lur. (2010). Kesehatan Mental. Yogyakarta  : Fajar Media Press
·         Siswanto. (2007). Kesehatan mental,konsep,cakupan & perkembangannya. Yogyakarta : Andi
·         http://defikadebi.blogspot.com/2012/03/contoh-kasus-kesehatan-mental-yang.html

Nama        : Nurul Syifana
NPM         : 16513741
Kelas         : 2PA05

Minggu, Maret 15, 2015

Konsep Kesehatan Mental Aliran Humanistik menurut Abraham Maslow

I.             PENDAHULUAN
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia  tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya  yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya.
Orang yang sehat mentalnya adalah terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam dirinya. Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya. Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya

II.           KASUS
PERAMPINGAN KARYAWAN TELKOM INDONESIA
Waktu peristiwa : Tahun 2009

Perampingan karyawan akan dilakukan oleh PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Sekitar 1.156 karyawan PT. Telkom akan pensiun dini pada tahun 2009. PT. Telkom menyediakan dana sebesar Rp750 miliar untuk  pelaksanaan program ini. Menurut Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, program pensiun dini dilakukan agar perusahaan lebih lincah bergerak menghadapi kompetisi yang semakin ketat. Perusahaan juga memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengembangkan potensi diri diluar perusahaan. Secara lugas, Eddy mengatakan Telkom harus melakukan efisiensi dan efektivitas operasionalnya agar mampu bersaing. Edi mengatakan bahwa program ini ditawarkan secara sukarela kepada karyawan. Selain itu, Edi mengatakan bahwa dana itu (Rp750 miliar) untuk membayar kompensasi karyawan yang mengambil program pensiun dini. Rencananya, program pensiun dini akan dilakukan lagi dan berlanjut hingga tahun 2011. Saat ini, jumlah karyawan PT. Telkom yang tersebar diseluruh Indonesia sekitar 25.000 orang. Selain rencana pensiun dini, pensiun reguler pada tahun ini akan mempensiunkan karyawan yang telah memasuki masa pensiun sebanyak 700 orang. Menurutnya, tidak sedikit karyawan yang umurnya sudah mendekati masa pensiun ikut mengambil pensiun dini.

III.         TEORI ABRAHAM MASLOW


Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya

3.1.    Hirarki Kebutuhan
Abraham Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:

a)  Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya.

b)  Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak.

c)  Kebutuhan sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, belum pernah sebelumnya orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya.

d)  Kebutuhan akan penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik.

e)  Kebutuhan akan aktualisasi diri
Maslow menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul.

3.2.    Kesehatan Mental menurut Maslow
Menurut Maslow jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat terpenuhi, maka seseorang tidak bisa disebut sebagai manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan baik dan imbang. Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah, yaitu memuaskan hierarki empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang pertama adalah kebutuhan akan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta penghargaan diri. 

Maslow juga berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self actualizing person). Mengenai self-actualizing person,atau orang yang sehat mentalnya, Maslow mengemukakan ciri-cirinya sebagai berikut :
a)      Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam menjalaninya
b)       Menerima dirinya sendiri, orang laindan lingkungannya.
c)       Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujr, tidak dibuat-buat dan terbuka.
d)        Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang lain).
e)       Bersikap mandiri atau independen.
f)        Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya
g)   Mencapai puncak pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau keagamaan
h)       Memiliki minat social, simpati, empati dan altruis
i)     Sangat senang menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang lain
j)          Bersikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka)
k)        Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka dan tidak takut salah).

IV.        ANALISIS KASUS
Kasus tersebut membahas mengenai keputusan yang dilakukan oleh PT. TELKOM Indonesia yang akan melakukan perampingan terhadap sejumlah karyawannya. Perampingan tersebut berupa pelaksanaan pensiun dini, hal tersebut dilakukan agar perusahaan dapat dengan lincah bergerak untuk ikut berkompetisi dengan perusahaan lainnya.
Tindakan yang dilakukan PT.Telkom tersebut dapat berdampak psikologis terhadap para karyawan yang mengalami pensiun dini. Dampak tersebut seperti halnya menurunnya tingkat motivasi kerja mereka. Dikarenakan mereka tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal, seperti halnya kebutuhan hierarki dasar menurut teori Maslow, yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestasi dan aktualisasi diri. Dari kelima kebutuhan tersebut memiliki pengaruh terhadap dampak psikologis yang dialami karyawan telkom tersebut ialah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan akan pangan sandang dan papan yang tidak lain merupakan kebutuhan dasar bagi manusia.
Tindakan solusi terhadap permasalahan ini adalah dengan  memberikan kesempatan bagi para karyawan tersebut untuk dapat tetap mengabdi kepada perusahaan. Memberikan motivasi ekstrensik yakni berupa suatu kondisi yang mengaharuskan melaksanakan pekerjaan secara maksimal (sesuai dengan tingkat produktivitas mereka) sehingga mereka dapat tetap memberi pengaruh terhadap perkembangan perusahaan.

V.          REFERENSI

Nama : Nurul Syifana
NPM  : 16513741
Kelas  : 2PA05