About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Kamis, Desember 01, 2016

Senin, November 07, 2016

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

ELEMEN SISTEM
Murdick dan Ross (dalam Fatta, 2007) mendefinisikan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama. Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan (input), proses, keluaran (output). Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem:
1.    Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
2.    Masukan (Input)
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
3.    Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
4.    Keluaran (Output)
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

KARAKTERISTIK SISTEM
Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Menurut Fatta (2007) berikut karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem lainnya:
1.     Memiliki Komponen (componen)
Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan subsistem dari sebuah sistem.
2.     Memiliki Batasan (boundary)
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepak bola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain.
3.     Memiliki Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.
4.     Memiliki Penghubung (interface)
Tempat di mana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
5.     Memiliki Masukan (input)
Sumber daya (data, bahan baku, peralatan atau energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
6.     Memiliki Keluaran (output)
Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layar komputer atau barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem.
7.     Memiliki Penyimpanan (storage)
Area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan tetap dari informasi, energi, bahan baku dan sebagainya. Penyimpanan merupakan suatu media penyangga di antara komponen tersebut bekerja dengan berbagai tingkatan yang ada dan memungkinkan komponen yang berbeda dari berbagai data yang sama.


ELEMEN SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI (SECARA MANUAL)
Contoh: TES APM (Advanced Progressive Matrices)
1.     Tujuan
Tujuan dari tes APM adalah untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang, untuk keperluan seleksi, untuk mengukur kemampuan intelektual, untuk orang normal, tanpa batasan waktu umur dan dipakai diatas 11 tahun, digunakan untuk kemampuan observasi, dan untuk analisis tujuan klinis.
2.     Input
Terdiri dari dua set dimana set yang pertama berisi 12 butir soal tes dan set kedua berisi 36 soal tes.
3.     Proses
Pada soal-soal tersebut, terdapat sebuah kotak yang memiliki bagian yang hilang. Disini testee diminta untuk melengkapi atau mengisi gambar yang cocok untuk bagian yang hilang tersebut dengan memilih salah satu dari beberapa jawaban yang ada.
4.     Output
Setelah itu akan muncul hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I            : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II          : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III         : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV         : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V          : Kapasitas intelektual Terhambat.

KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI (SECARA MANUAL)
1.     Memiliki Komponen
Terdapat 48 soal yang dibagi dalam dua set. Set pertama terdiri dari 12 soal dan set kedua di terdiri dari 36 soal.
2.     Memiliki Batasan
Batasan dalam tes ini adalah, hanya bisa memilih satu jawaban dan biasanya dilakukan oleh seseorang berusia 11 tahun ke atas.
3.     Memiliki Lingkungan
Tes APM ini adalah tes bebas budaya, dimana siapapun dan budaya apapun bisa menggunakannya karena soal pada tes ini hanya berupa gambar.
4.     Memiliki Input
Terdiri dari dua set dimana set yang pertama berisi 12 butir soal tes dan set kedua berisi 36 soal tes.
5.     Memiliki Output
Akan muncul hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori.

Daftar Pustaka:
Fatta, H. A. (2007). Analisis dan Perencanaan Sistem Informasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.





Jumat, Oktober 07, 2016

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

PENGERTIAN SISTEM


Jerry FutzGerald (1981: 5)
Sistem  adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.
Indrajit (2001: 2)
Sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Davis, G. B (1991: 45)
Sistem secara fisik adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperasi bersama-sama untuk menyelesaikan suatu alasan.
Jogianto (2005: 2)
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran yang tertentu.

PENGERTIAN INFORMASI


Gordon B. Davis
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Azhar Susanto
Informasi merupakan hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat tertentu.
Kusrini & Andri (2007)
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi.
Robert N. Anthony dan John Dearden
Informasi sebagai suatu kenyataan, data, item yang menambah pengetahuan bagi penerima atau penggunanya.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk yang berguna dan memberikan arti serta manfaat bagi penerimanya.

PENGERTIAN PSIKOLOGI

Psikologi berasal dari kata psyche artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejiwaan atau ilmu jiwa.

Gardner Murphy (1929)
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Clifford T. Morgan (1966)
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan binatang, serta penerapannya pada permasalahan manusia.
Wund
Psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa psikologi juga mempelajari tentang kesadaran manusia dalam berbagai hal.
Sarwono
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.

PENGERTIAN SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

Chr. Jimmy L. Gaol (2008)
Sistem informasi psikologi bertujuan untuk mendapatkan pamahaman bagaimana manusia membuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.

KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah seperangkat sistem yang membentuk suatu kumpulan dari berbagai prosedur psikologi dan bertujuan menghasilkan atau memperoleh informasi-informasi psikologi dan dapat bermanfaat bagi penggunanya.
Contoh: Perusahaan sekarang ini banyak menggunakan software tentang alat tes agar waktu yang digunakan dalam menyeleksi calon karyawan baru lebih cepat dan efisien, serta tidak membuang tenaga para penyeleksinya juga. Seperti papikostik, hal ini merupakan suatu kerjasama antara bidang psikologi dengan ilmu komputer yang memberikan manfaat bagi kualitas tes psikologi tersebut.

Daftar Pustaka:
  • Djahir, Y., & Pratita, D. (2014). Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Deepublish
  • Hutahaenan, J. (2014). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish.
  • Kusrini, S., & Koniyo, A. (2007). Tuntutan Praktis Membangun Sistem Informasi. Yogyakarta: C. V. Andi Offset.
  • Sarwono, S. W. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
  • http://biandafedia.blogspot.co.id

Selasa, Juni 28, 2016

PSIKOTERAPI - Terapi Keluarga (Family Therapy)

TERAPI KELUARGA (FAMILY THERAPY)
Menurut Kartini Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi, family therapy (terapi keluarga) adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan. Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga berfokus pada cara suatu sistem keluarga yang mengorganisasi patologis terstruktur yang dipandang sesuatu yang salah.

A.    Tujuan Family Therapy
Secara umum, tujuan family therapy adalah :
1.    Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2.      Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3.      Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4.   Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
Secara khusus, family therapy bertujuan untuk :
1.  Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
2.   Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
3.  Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
4.      Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga (Perez, 1979).

B.     Peran Intervensi pada Terapi Keluarga
1.     Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
2.     Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan 
3.  Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
4.     Pemberi tantangan
5.   Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.


C.    Teknik Terapi Keluarga
Berikut ini beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis keluarga meliputi:
1.   Pemeragaan: Memperagakan ketika masalah itu muncul. Misalnya ayah dan anaknya sehingga mereka saling diam bertengkar, maka terapis membujuk mereka untuk berbicara setelah itu terapis memberikan saran-sarannya dan bisa disebut dengan psikodrama. Dan komunikasi dalam keluarga paling penting.
2.         Homework: Mengumpulkan seluruh anggota keluarga agar saling berkomunikasi diantaranya.
3.      Family Sculpting: Cara untuk mendekatkan diri dengan anggota keluarga yang lain dengan cara nonverbal.
4.      Genograms: Sebuah cara yang bermanfaat untuk mengumpulkan dan mengorganisasi informasi tentang keluarga genogram adalah Sebuah diagram terstruktur dari sistem hubungan tiga generasi keluarga. Diagram ini sebagai roadmap dari sistem hubungan keluarga. Hal ini berarti memahami masalah dalam bentuk grafik.

D.    Proses Terapi Keluarga
1.      Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
2.    Penilaian Problem/masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
3.     Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4.     Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.


Daftar Pustaka
Hasnida. (2002). Family Counseling/Therapy. Universitas Sumatera Utara.

Nurul Syifana
16513741
3PA05

PSIKOTERAPI - Terapi Kelompok

TERAPI KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009). Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008).

A.    Manfaat Terapi kelompok
1.      Umum
a)      Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b)      Membentuk sosialisasi
c)      Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
d)      Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
2.      Khusus
a)      Meningkatkan identitas diri.
b)      Menyalurkan emosi secara konstruktif.
c)      Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
d)  Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya. (Yosep, 2007)

B.     Tahapan Terapi Kelompok
1.      Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti Terapi Kelompok adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
2.      Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
a)      Tahap orientasi : Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
b)  Tahap konflik : Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
c)      Tahap kohesif : Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).
3.      Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
4.      Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).

Daftar Pustaka

Sihotang, L. D. (2010). : Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Medan. Skripsi: Universitas Sumatera Utara