About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Sabtu, April 02, 2016

PSIKOTERAPI - Logotherapy



Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi kelas menengah yang menempuh asimilasi dengan kehidupan masyarakat Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yudaisme berpengaruh kuat atas diri Frankl. Pengaruh ini ditunjukkan antara lain oleh minat Frankl yang besar pada persoalan spiritual, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International University. Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi (Frankl, 1988: 7).


A.   Gambaran Umum Logoterapi
Kata logoterapi berasal dari dua kata, yaitu “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris “theraphy” yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi kata “logoterapi” artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup. Logoterapi bertugas membantu pasien menemukan makna hidup.
Logoterapi memusatkan perhatian pada kualitas-kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani, kreativitas, rasa humor dan memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam terapi dan pengembangan kesehatan mental. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut.

B.    Landasan Filosofis Logoterapi Logoterapi
Logoterapi memiliki tiga konsep yang menjadi landasan filosofisnya, yaitu:
1.      Kebebasan berkeinginan (Freedom of will)
Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri tegak apapun kondisi yang dialami manusia. Disini manusia bebas menentukan sikapnya menghadapi keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana diluar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas bukan hanya untuk menghadapi dunia tetapi juga menghadapi diri sendiri.
2.      Keinginan akan makna (Will-to-meaning)
Yaitu suatu kemampuan untuk menemukan arti hidupnya. Will-to-meaning ini suatu dorongan kemauan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya.
3.      Makna hidup (The meaning of life)
Arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksud disini adalah arti hidup yang bukan dipertanyakan tetapi untuk direspon karena kita semua bertanggung jawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan bukan dalam bentuk kata-kata tetapi dalam bentuk tindakan dan melakukannya.

C.   Teknik-Teknik Logoterapi
1.      Paradoxical intention
Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk ‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya.
2.      Derefleksi
Teknik logoterapi lain adalah “de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat. Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien.
3.      Bimbingan ruhani (Medical ministry)
Bimbingan rohani kiranya bisa dilihat sebagi ciri paling menonjol dari Logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab, bimbingan ruhani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran penemuan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya dan tidak mampu lagi untuk berbuat selain menghadapi penderitaan itu (Koswara, 1992: 127).
4.      Existential analysis
Pada prinsipnya, pendekatan logoterapi membantu penderita neurosis noogenik dan mereka yang mengalami kehampaan hidup dan frustasi eksistensial serta keluhan-keluhan tanpa makna lainnya. Tujuannya agar para penderita itu dapat menemukan sendiri makna hidupnya dan mampu menetapkan tujuan-tujuan hidupnya secara lebih jelas. Di samping itu, logoterapi juga lebih menyadarkan mereka terhadap tanggung jawab pribadi, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri dan hati nurani, keluarga dan masyarakat.

D.   Tahapan Konseling Logoterapi
Ada empat tahap utama didalam proses konseling logterapi diantaranya adalah:
1.      Tahap perkenalan dan pembinaan rapport. Pada tahap ini diawali dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi konseli.
2.      Tahap pengungkapan dan penjajagan masalah. Pada tahap ini konselor mulai membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli. Berbeda dengan konseling lain yang cenderung membeiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan.
3.      Pada tahap pembahasan bersama, konselor dan konseli bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
4.      Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom. 

SUMBER: 

  • Bakhtiyar Zain (2005). Pemikiran Viktor E. Frankl Tentang Logoterapi Dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental (Analisis Bimbingan Konseling Islam). Undergraduate Theses from JTPTIAIN
  • Naisaban, Nadidlaus. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, Dan Karya. Jakarta: Grasindo 
    http://dnf10.blogspot.co.id/2014/05/logoterapi-dan-contoh-kasus-logoterapi.html

    Nama : Nurul Syifana
    NPM : 16513741